Kegiatan bermain seringkali di-underestimate. Ketika bermain, anak
tampak tidak produktif. Anak terlihat “hanya” bernyanyi, lari-lari,
kotor-kotoran, atau memberantakkan sekitarnya. Secara umum, anak tampak tidak
mengalami adanya pertambahan pengetahuan atau keterampilan. Pandangan ini
bertolak belakang dengan pernyataan dari Albert Einstein yaitu: “play is the highest form of research” (bermain
adalah bentuk kegiatan meneliti yang paling tinggi).
Pernyataan Eisntein tersebut
benar adanya. Bermain adalah salah satu kegiatan yang alamiah bagi anak-anak. Mereka
dapat mengembangkan berbagai keterampilan lewat kegiatan bermain yang di kemudian
hari mendukung perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial anak. Dengan
besarnya manfaat yang didapat anak lewat kegiatan bermain, sudah selaiknya orang
tua memberikan kesempatan anak mengeksplore dirinya melalui kegiatan bermain
baik terstruktur maupun tidak terstruktur.
![]() |
Fun Cooking |
Dengan pesatnya perkembangan
teknologi, kesadaran akan pentingnya kegiatan bermain untuk anak semakin
meningkat kian hari. Banyak orang tua yang kemudian merancang kegiatan bermain
untuk menstimulasi anak dari usia dini. Ada yang melakukannya secara mandiri,
bersama-sama dalam suatu komunitas, ataupun mengikutkan ke dalam kelas-kelas
stimulasi. Sebagai contoh adalah Rumah Dandelion dan Institut Ibu Profesional.
Sebagian orang tua mungkin
mengalami kesulitan untuk memulai sendiri di rumah atau mencari komunitas yang
bisa menaungi niat memberikan stimulasi dini. Salah satu solusi yang dapat
ditempuh adalah bersama-sama lingkungan sekitar atau komunitas yang sudah
diikuti untuk menyelenggarakan aktivitas-aktivitas stimulasi untuk anak. Sebagaimana
yang sudah dilakukan oleh Rumah Bermain Gemintang dan Tadika An-Nur dalam
membentuk kegiatan pendidikan untuk anak usia dini yang berbasis komunitas. Lalu....bagaimana
memulainya?
1.
Mengajak
orang tua lain yang memiliki keinginan yang sama
Ungkapkan keinginan
yang sudah dimiliki untuk membuat kegiatan stimulasi atau edukasi kepada
orang-orang yang dekat secara wilayah dengan Anda. Misalnya di lingkungan rumah
atau komunitas yang satu area (kecamatan, kota, atau kabupaten). Kesamaan wilayah
akan memudahkan akses dalam berkoordinasi dan memilih tempat kegiatan. Jika Anda
memiliki keinginan tetapi tidak diungkapkan maka pihak lain yang memiliki
keinginan serupa tidak akan mengetahuinya. Menemukan teman yang memiliki
pengalaman mengajar merupakan suatu kelebihan, akan tetapi tidak perlu terpatok
pada hal tersebut. Semua bisa melakukan jika memiliki keinginan untuk belajar,
lagipula sekarang sudah banyak media untuk belajar.
2.
Menentukan
tujuan dan konsep
Tujuan utamanya
kurang lebih memberikan kegiatan yang edukatif dan bermanfaat bagi anak-anak. Tetapi
tujuan tersebut bisa berubah atau dimodifikasi sesuai dengan perkembangan
jalannya diskusi dengan teman-teman yang lain. Konsep kegiatan bisa seperti
Rumah Bermain Gemintang yaitu menjadi mitra orang tua dalam membersamai anak
bermain. RBG menyelenggarakan kegiatan stimulasi dan berbagi ide pada orang tua
mengenai kegiatan bermain yang bisa dilakukan dalam jangka waktu satu minggu
setelahnya. Sedangan Tadika An-Nur memutuskan menjadi wadah atau fasilitator
dalam memberikan kegiatan stimulasi.
![]() |
Membuat Angin Tornado |
3.
Merancang
rencana kegiatan
Rencana kegiatan
akan lebih baik dirancang mirip seperti kurikulum, akan tetapi jika Anda dan
komunitas tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman
dalam membuatnya maka dapat direncanakan secara sederhana. Poin-poin penting
yang perlu dicakup dalam membuat rencana kegiatan adalah
- Durasi (lamanya kegiatan berlangsung)
- Tujuan kegiatan (misalnya menstimulasi motorik halus, menstimulasi motorik kasar, menambah kosakata, menambah pengetahuan, dll)
- Cara melakukan kegiatan (misalnya bernyanyi, mewarnai, senam, menari, menyortir benda, dll)
- Alat yang dibutuhkan
Dapat juga
ditambahkan indikator keberhasilan jika dalam rencana jangka panjang akan
dilakukan evaluasi terhadap peserta yang ikut. Contoh rencana kegiatan dapat
dilihat dan diunduh di sini, seperti yang dibuat oleh Tadika An-Nur.
Bagaimana jika
diantara kami sama sekali tidak ada yang punya pengalaman merancang dan
mengajar? Saat ini akses media dan informasi sudah sangat pesat, kita bisa
belajar dan mencari ide dengan mudah. Berikut rekomendasi beberapa laman dan media
sosial yang bisa menjadi referensi:
- Institut Ibu Profesional
- Rumah Dandelion
- Learning4Kids
- Childhood101
- Teaching Mama
- Living Montessori Now
- Indonesia Montessori
- Mamah Tika Sharing
- Raising Montessorian
- Islamic Montessori
- Grace Melia
- @cruzy_play_ideas
- @chaisplay
- @play.and.learn.activities
- @sahabatanak.ind
- @mungilmu
- Youtube RevanRayyanKids
4.
Sounding ke kelompok yang lebih besar
Setelah memiliki
konsep dan rencana mengenai kegiatan yang akan diselenggarakan, Anda dapat sounding atau mengungkapkan ke kelompok
yang lebih besar. Tujuannya adalah mengajak lebih banyak anak dan orang tua
untuk ikut dalam kegiatan. Tentukan batasan besar atau luasnya kelompok yang
akan diajak. Hal tersebut tentu berdasar taksiran kemampuan Anda dan komunitas
Anda dalam mengakomodasi semua peserta yang ikut.
5.
Just do it!
Sangat wajar
jika Anda masih ragu, misalnya takut tidak direspon positif, tidak menemukan
teman, atau belum punya pengalaman. Tetapi percayalah, jikasuatu hal diniatkan
untuk sesuatu yang baik maka akan mendapat resonansi positif juga dari sekitar.
Mantapkan niat Anda, take a deep breath,
and just do it!
Novita
Membentuk Pendidikan Usia Dini Berbasis Komunitas: Langkah dan Tips
29/10/19
Kegiatan bermain seringkali di-underestimate. Ketika bermain, anak
tampak tidak produktif. Anak terlihat “hanya” bernyanyi, lari-lari,
kotor-kotoran, atau memberantakkan sekitarnya. Secara umum, anak tampak tidak
mengalami adanya pertambahan pengetahuan atau keterampilan. Pandangan ini
bertolak belakang dengan pernyataan dari Albert Einstein yaitu: “play is the highest form of research” (bermain
adalah bentuk kegiatan meneliti yang paling tinggi).
Pernyataan Eisntein tersebut
benar adanya. Bermain adalah salah satu kegiatan yang alamiah bagi anak-anak. Mereka
dapat mengembangkan berbagai keterampilan lewat kegiatan bermain yang di kemudian
hari mendukung perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial anak. Dengan
besarnya manfaat yang didapat anak lewat kegiatan bermain, sudah selaiknya orang
tua memberikan kesempatan anak mengeksplore dirinya melalui kegiatan bermain
baik terstruktur maupun tidak terstruktur.
![]() |
Fun Cooking |
Dengan pesatnya perkembangan
teknologi, kesadaran akan pentingnya kegiatan bermain untuk anak semakin
meningkat kian hari. Banyak orang tua yang kemudian merancang kegiatan bermain
untuk menstimulasi anak dari usia dini. Ada yang melakukannya secara mandiri,
bersama-sama dalam suatu komunitas, ataupun mengikutkan ke dalam kelas-kelas
stimulasi. Sebagai contoh adalah Rumah Dandelion dan Institut Ibu Profesional.
Sebagian orang tua mungkin
mengalami kesulitan untuk memulai sendiri di rumah atau mencari komunitas yang
bisa menaungi niat memberikan stimulasi dini. Salah satu solusi yang dapat
ditempuh adalah bersama-sama lingkungan sekitar atau komunitas yang sudah
diikuti untuk menyelenggarakan aktivitas-aktivitas stimulasi untuk anak. Sebagaimana
yang sudah dilakukan oleh Rumah Bermain Gemintang dan Tadika An-Nur dalam
membentuk kegiatan pendidikan untuk anak usia dini yang berbasis komunitas. Lalu....bagaimana
memulainya?
1.
Mengajak
orang tua lain yang memiliki keinginan yang sama
Ungkapkan keinginan
yang sudah dimiliki untuk membuat kegiatan stimulasi atau edukasi kepada
orang-orang yang dekat secara wilayah dengan Anda. Misalnya di lingkungan rumah
atau komunitas yang satu area (kecamatan, kota, atau kabupaten). Kesamaan wilayah
akan memudahkan akses dalam berkoordinasi dan memilih tempat kegiatan. Jika Anda
memiliki keinginan tetapi tidak diungkapkan maka pihak lain yang memiliki
keinginan serupa tidak akan mengetahuinya. Menemukan teman yang memiliki
pengalaman mengajar merupakan suatu kelebihan, akan tetapi tidak perlu terpatok
pada hal tersebut. Semua bisa melakukan jika memiliki keinginan untuk belajar,
lagipula sekarang sudah banyak media untuk belajar.
2.
Menentukan
tujuan dan konsep
Tujuan utamanya
kurang lebih memberikan kegiatan yang edukatif dan bermanfaat bagi anak-anak. Tetapi
tujuan tersebut bisa berubah atau dimodifikasi sesuai dengan perkembangan
jalannya diskusi dengan teman-teman yang lain. Konsep kegiatan bisa seperti
Rumah Bermain Gemintang yaitu menjadi mitra orang tua dalam membersamai anak
bermain. RBG menyelenggarakan kegiatan stimulasi dan berbagi ide pada orang tua
mengenai kegiatan bermain yang bisa dilakukan dalam jangka waktu satu minggu
setelahnya. Sedangan Tadika An-Nur memutuskan menjadi wadah atau fasilitator
dalam memberikan kegiatan stimulasi.
![]() |
Membuat Angin Tornado |
3.
Merancang
rencana kegiatan
Rencana kegiatan
akan lebih baik dirancang mirip seperti kurikulum, akan tetapi jika Anda dan
komunitas tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman
dalam membuatnya maka dapat direncanakan secara sederhana. Poin-poin penting
yang perlu dicakup dalam membuat rencana kegiatan adalah
- Durasi (lamanya kegiatan berlangsung)
- Tujuan kegiatan (misalnya menstimulasi motorik halus, menstimulasi motorik kasar, menambah kosakata, menambah pengetahuan, dll)
- Cara melakukan kegiatan (misalnya bernyanyi, mewarnai, senam, menari, menyortir benda, dll)
- Alat yang dibutuhkan
Dapat juga
ditambahkan indikator keberhasilan jika dalam rencana jangka panjang akan
dilakukan evaluasi terhadap peserta yang ikut. Contoh rencana kegiatan dapat
dilihat dan diunduh di sini, seperti yang dibuat oleh Tadika An-Nur.
Bagaimana jika
diantara kami sama sekali tidak ada yang punya pengalaman merancang dan
mengajar? Saat ini akses media dan informasi sudah sangat pesat, kita bisa
belajar dan mencari ide dengan mudah. Berikut rekomendasi beberapa laman dan media
sosial yang bisa menjadi referensi:
- Institut Ibu Profesional
- Rumah Dandelion
- Learning4Kids
- Childhood101
- Teaching Mama
- Living Montessori Now
- Indonesia Montessori
- Mamah Tika Sharing
- Raising Montessorian
- Islamic Montessori
- Grace Melia
- @cruzy_play_ideas
- @chaisplay
- @play.and.learn.activities
- @sahabatanak.ind
- @mungilmu
- Youtube RevanRayyanKids
4.
Sounding ke kelompok yang lebih besar
Setelah memiliki
konsep dan rencana mengenai kegiatan yang akan diselenggarakan, Anda dapat sounding atau mengungkapkan ke kelompok
yang lebih besar. Tujuannya adalah mengajak lebih banyak anak dan orang tua
untuk ikut dalam kegiatan. Tentukan batasan besar atau luasnya kelompok yang
akan diajak. Hal tersebut tentu berdasar taksiran kemampuan Anda dan komunitas
Anda dalam mengakomodasi semua peserta yang ikut.
5.
Just do it!
Sangat wajar
jika Anda masih ragu, misalnya takut tidak direspon positif, tidak menemukan
teman, atau belum punya pengalaman. Tetapi percayalah, jikasuatu hal diniatkan
untuk sesuatu yang baik maka akan mendapat resonansi positif juga dari sekitar.
Mantapkan niat Anda, take a deep breath,
and just do it!
Novita