Di artikel sebelumnya tentang Bermain di Luar Rumah,
kita telah membahas tentang keunggulan permainan tidak terstruktur. Apakah hal
tersebut menunjukkan bahwa permainan tidak terstruktur lebih baik dibanding
dengan permainan terstruktur?
Meskipun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa permainan tidak terstruktur memiliki kelebihan, tetapi
permainan terstruktur ternyata juga memiliki peran penting pada perkembangan
anak. Apa perbedaan di antara keduanya dan dampak apa yang mereka miliki?
Permainan Terstruktur
Dalam permainan terstruktur,
orang dewasa menentukan tujuan, aturan, instruksi, tempat, dan waktu permainan
dilakukan. Contoh dari permainan terstruktur adalah sepakbola, senam, olahraga
renang, Lego bertema, permainan kartu, dll. Salah satu bentuk permainan
terstruktur (meski tidak sepenuhnya diatur oleh orang dewasa) adalah permainan terbimbing. Permainan
terbimbing dapat dilakukan dengan mengatur lingkungan atau obyek yang
dapat mendorong anak mendapatkan pengalaman baru. Orang dewasa dapat berperan
sebagai teman bermain, menggali pendapat anak, memberikan arahan, dan mendorong
eksplorasi lebih lanjut (White, 2012).
![]() |
Bermain Bakiak (Foto dari Segara) |
Permainan terstruktur biasanya disusun untuk menguatkan beberapa keterampilan seperti berpikir logis, keseimbangan, dan keterampilan fisik. Prowse (2015) menjelaskan bahwa keterampilan fisik yang ingin dicapai disebut dengan ABCs.
Tidak hanya keterampilan fisik
yang dibantu untuk dikuasai, tetapi juga keterampilan dalam ranah kognitif dan sosial
seperti pemecahan masalah, kerjatim, dan mendengar aktif. Anak yang berhasil
menguasai keterampilan-keterampilan tersebut maka dapat meningkat rasa
percaya diri dan kompetennya. Bahkan, jika anak memiliki bakat atau terus
menerus mengasah keterampilannya maka mereka dapat menjadi mahir atau ahli.
Tetapi selalu ada resiko anak merasa ia gagal jika tidak mampu membuat sesuatu
atau menjalankan aktivitas dengan baik. Rasa kegagalan tersebut dapat
mempengaruhi perasaan berharga dan kemampuannya (Playground Center, 2015).
Permainan terstruktur juga
memiliki kontribusi dalam kegiatan belajar. Anak dapat belajar suatu subjek
dengan cara menyenangkan dan menarik bagi mereka sehingga mereka aktif dalam
pembelajaran itu. Terapi untuk anak juga sebagian besar melibatkan permainan
sebagai medianya, sebagian diantaranya menggunakan bermain terstruktur.
Permainan Tidak Terstruktur
Karena telah dijelaskan di
artikel sebelumnya, maka akan kita bahas secara singkat tentang permainan tidak terstruktur.
Tidak ada perencanaan, aturan,
dan instruksi yang dilakukan orang dewasa dala permainan tidak terstruktur.
Kemauan dan inisiatif anak lah yang memegang peranan utama. Permainan tidak
terstruktur juga merangsang kreativitas dan improvisasi anak. Mereka bisa
memilih bermain dengan material tertentu atau tidak menggunakan apapun. Mereka
dapat berlari bebas, meloncat, bercanda, atau berjingkat (Playground Center,
2015).
![]() |
Bermain Bebas (Foto dari sini) |
Dalam permainan tidak tersruktur, anak tampak hanya bermain tidak belajar apapun. Tetapi sesungguhnya mereka sedang mengembangkan imajinasi dan berpikir kreatif. Anak belajar sesuatu dari goresan-goresan yang mereka buat dan tidak ada batas saat belajar dalam permainan tidak terstruktur. Anak “diijinkan” untuk mengambil kendali dan berbuat kesalahan sehingga tidak ada tekanan bagi mereka. Interaksi dengan teman-temannya saat bermain juga membantu anak untuk berkomunikasi, mengekspresikan diri, memecahkan masalah, dan berempati.
Rasa Senang Dalam Bermain Adalah yang Utama
Kedua bentuk permainan, baik
terstruktur maupun tidak terstruktur, memiliki pengaruh penting bagi
perkembangan anak. Mereka bisa mendapatkan keuntungan dari kedua jenis
permainan ini. Orang tua dapat mencoba menemukan keseimbangan diantara
keduanya. Berikut hal-hal yang bisa dicoba oleh orang tua (Prowse, 2015):
- Berikan kesempatan anak untuk melakukan permainan secara bebas setiap hari.
- Jika anak terlalu lama menghabiskan waktu di dalam rumah, semangati anak untuk bermain di luar ruangan.
- Berikan anak kebebasan untuk memilih apa yang mereka ingin mainkan. Mereka bisa memilih bermain secara bebas atau mereka justru memilih permainan terstruktur seperti sepakbola.
- Coba pahami karakter, kelebihan, kekurangan, dan minat anak. Orang tua dapat mendaftar sejumlah permainan terstruktur yang dapat mengembangkan diri anak. Tanyakan pendapat mereka dan apakah mereka tertarik untuk melakukan salah satu atau sejumlah kegiatan tersebut.
- Ketika anak melakukan permainan terstruktur, pastikan bahwa orang dewasa dan lingkungan sekitarnya tidak memberikan tekanan pada anak, terutama untuk anak yang lebih kecil. Bangunlah komunikasi yang hangat dan suportif, termasuk diantara anak dan teman-temannya. Bahwa kesenangan, proses, dan kerja tim lebih penting daripada hasil yang dicapai.
- Selalu pertimbangkan kesenangan dalam kegiatan bermain, baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Jika anak merasa tidak senang saat bermain, maka ia enggan untuk aktif terlibat dalam kegiatan. Apapun tujuan yang ingin dicapai, akan sulit jika anak tidak tertarik untuk mengikutinya. Selalu perhatikan apakah anak merasa senang dengan interaksi dna lingkungan tempatnya bermain. Bukanlah permainan jika tidak ada rasa senang di dalamnya.
Novita
Sumber
Playground Center. (2015). Unstructured vs Structured Play. Diakses
dari https://www.playgroundcentre.com/unstructured-vs-structured-play/.
Prowse, S. (2015). Make Time For Play: How To Balance Structured
And Unstructured Play. Diakses dari http://www.cbc.ca/parents/play/view/free-play-in-a-structured-world-how-to-balance-structured-and-unstructured.
White, R. E. (2012). The Power of Play:A Research Summary on Play
and Learning. St. Paul: Minnesota Children’s Museum
Tidak ada komentar :
Posting Komentar