Saat ini metode Montessori
menarik minat banyak orang tua di Indonesia. Meningkatnya ketertarikan terhadap
Montessori tidak lepas dari bermunculannya komunitas yang peduli terhadap
pendidikan anak usia dini dan para ibu Montessorian yang juga merupakan public figure. Apa yang menarik dari
metode ini sehingga seolah menjadi trend di
kalangan orang tua?
Pada dasarnya Montessori
merupakan hal yang baru bagi kebanyakan orang tua, meski metode ini sudah lama
masuk ke Indonesia. Montessori menawarkan perspektif yang “menyegarkan” di
tengah munculnya rasa skeptis terhadap metode pengajaran yang ada di Indonesia.
Kegiatan belajar yang menyenangkan dan filosofi yang digunakan sebagai
pendekatan dalam mengajar adalah daya tarik utama.
Tetapi, apakah Montessori adalah metode
yang lebih baik atau bahkan terbaik dari metode lainnya? Jika kita ingin
menarik sebuah kesimpulan, maka kita harus melihat metode lain sebagai
perbandingan. Beberapa orang tua, tanpa menilik sejarah atau filosofinya,
menjadi “simpatisan” atau memilih Montessori untuk anak-anaknya. Apakah hal
tersebut salah? Sebenarnya tidak juga. Setiap metode pengajaran memiliki
kelebihan masing-masing. Jika anak menikmati proses belajar memakai metode
tersebut maka tidak menjadi masalah.
Untuk saat ini, mari kita coba
membandingkan metode Montessori dengan beberapa metode yang lahir di Eropa
seperti Froebel, Reggio Emilia, dan Waldorf-Steiner. Keempat metode tersebut
sebenarnya memiliki filosofi pendidikan yang hampir sama yaitu menekankan
proses pembelajaran lewat bermain dan self-discovery.
Lalu, apakah perbedaannya? Berikut penjelasan singkat dari keempat metode
tersebut.
Froebel
Friedrich Froebel berasal dari
Jerman dan beliau menyusun program yang menjadi dasar banyak kelompok bermain
(KB) saat ini. Froebel menekankan bahwa pendidik pertama adalah keluarga
sehingga harus ada ikatan erat antara keluarga di rumah dan sekolah.
- Area yang dikembangkan: sosial, akademik, emosi, fisik, dan spiritual
- Metode belajar: gerakan motorik, keterlibatan sosial, ekspresi diri, dan kreatifitas
- Kesiapan anak: setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda sehingga setiap anak diberikan kesempatan belajar sesuai kesiapan masing-masing
- Pandangan tentang bermain: bertujuan, harus terstruktur.
- Peran guru: sebagai pembimbing yang menuntun ke arah pemahaman
- Ruang kelas: dipersiapkan secara matang, termasuk alat dan bahan yang kemudian diwujudkan ke dalam Froebel Gifts (hadiah) dan Froebel Occupations (tugas). Di dalam ruang kelas juga murid di dorong untuk melakukan kegiatan yang melibatkan gerak motorik.
- Kritik: terlalu terstruktur dan terfokus pada gerakan motorik
Froebel Gift: Yarn (gambar dari sini)
Froebel Gift (gambar dari sini)
Contoh dari Froebel Occupation (gambar dari sini)
Overview dari Gift dan Occupation
(gambar dari sini)
Montessori
Maria Montessori mengembangkan
metode ini setelah menghadiri kelas pedagogi di Roma, Italia. Berikut
penjelasan singkat tentang Montessori.
- Area yang dikembangkan: fisik, sosial emosi, bahasa, keterampilan hidup (life skill), dan kognisi
- Metode belajar: kurikulum kosmik yang menekankan pentingnya pengetahuan dasar tentang suatu subjek pembelajaran. Pelajaran berfokus pada keterampilan hidup, sensori, dan bahasa.
- Kesiapan anak: terdapat masa sensitif atau kritis yaitu masa terbaik bagi anak untuk mempelajari keterampilan tertentu dan tidak bisa kembali lagi ke masa tersebut jika sudah terlewati.
- Pandangan tentang bermain: bertujuan, harus terstruktur.
- Peran guru: mengungkap potensi terbaik anak, bukan membentuk anak. guru juga harus mendorong anak untuk mandiri.
- Ruang kelas: kelas terdiri dari berbagai kelompok usia anak dan disiapkan agar menstimulasi indra dan proses belajar
- Kritik: terlalu mahal, anak yang lebih kecil tidak selalu mampu mengikuti ritme anak yang lebih besar, kesulitan untuk beradaptasi ke kelas dari sekolah umum
Contoh Pembelajaran Life-Skill
suatu keterampilan atau konsep diajarkan dalam satu rentang waktu
(gambar dari sini)
Didactic Apparatus
(gambar dari sini)
Didactic Apparatus
(gambar dari sini)
Reggio Emilia
Reggio Emilia
adalah warga Italia yang menyusun metode pengajaran berdasarkan saling
menghormati, tanggung jawab, dan komunitas.
- Area yang dikembangkan: kognitif, emosi, sosial (berbasis komunitas)
- Metode belajar: eksplorasi dan menemukan. Anak menemukan makna dari topik pembelajaran lewat proyek (tugas) jangka panjang yang melibatkan proses observasi, hipotesis, bertanya, dan klarifikasi. Anak juga didorong untuk mengekspresikan diri dengan cara masing-masing.
- Pandangan tentang bermain: bertujuan, harus terstruktur.
- Peran guru: peneliti, partner kerja, pencatat perkembangan anak, dan penasihat. Guru harus mengumpulkan dokumentasi perkembangan setiap anak.
- Ruang kelas: didesain sebagai “guru ketiga”. Aktivitas belajar disusun dalam bentuk pengalaman stimulasi untuk semua indera seperti meraba, melihat, mendengar, bergerak, berbicara, dan mendengarkan.
- Kritik: tidak ada susunan metode yang pasti dan juga tidak ada sertifikasi guru
Ruang Kelas Berkonsep Reggio Emilia
(gambar dari sini)
Setiap Meja untuk Mempelajari Konsep atau Keterampilan yang Berbeda
(gambar dari sini)
Guru adalah peneliti, partner kerja, observer, dan penasihat
(gambar dari sini)
Belajar Lewat Berkarya
(gambar dari sini)
Belajar Lewat Berkarya
(gambar dari sini)
Waldorf-Steiner
Rudolf Steiner adalah pengajar
berkebangsaan Jerman. Beliau menerapkan filosofi dan tahap perkembangan dari
Jean Piaget. Salah satu prinsip dari metode ini adalah meminimalisir paparan
teknologi dan televisi pada anak yang masih kecil agar dapat mendorong proses
berpikir imajinatif dan memperpanjang fokus perhatian.
- Area yang dikembangkan: kognitif, emosi, sosial, bahasa, fisik, dan keterampilan hidup (life skill)
- Metode belajar: kepala, tangan, dan hati merupakan fokus dari kegiatan belajar. Imajinasi adalah salah satu hal yang penting dikembangkan dengan mendongeng, berfantasi, seni, drama, dan prakarya.
- Pandangan tentang bermain: ada yang bertujuan (disusun) dan ada yang bermain bebas
- Ruang kelas: ditata secantik mungkin dan dipenuhi dengan bahan-bahan alami yang merangsang bermain secara bebas. Pendekatan multi-disiplin juga digunakan seperti seni untuk belajar matematika. Pelajaran keterampilan hidup mencakup
- Kritik: ketrampilan membaca diajarkan agak terlambat di usia 7-8 tahun dan para guru yang mengikuti pelatihan Wladorf-Steiner menerima materi tentang roh dan reinkarnasi yang tidak dapat relevan dengan semua orang tua.
Musik dan Berkarya Seni
(gambar dari sini)
Imajinasi Memiliki Peran Penting
(gambar dari sini)
Kegiatan Kelas Satu
(gambar dari sini)
Setiap metode masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagian orang tua memutuskan untuk memilih
salah metode secara total yang diwujudkan dengan memilih sekolah dan kegiatan
belajar di rumah yang menganut metode tersebut. Sebagian yang lain memiliki
beberapa prinsp atau kegiatan yang relevan dengan kondisi masing-masing.
Ada beberapa faktor yang perlu
untuk dipertimbangkan yaitu nilai yang dianut keluarga, kondisi, dan minat
anak. Orang tua dapat memilah metode mana yang sesuai dengan tujuan keluarga
dan nilai yang ingin diajarkan pada anak. di Indonesia sendiri, sekolah yang
menganut keempat metode tersebut jumlahnya terbatas. Sehingga tidak dapat
dijadikan pilihan secara luas. Tetapi mengenal keempat metode tersebut dapat
dikatakan merupakan hal positif bagi orang tua yang memilih homeschooling untuk anaknya, karena
dapat memperluas wawasan dan pilihan tentang berbagai metode belajar.
Setelah membaca penjelasan
singkat di atas, apakah dapat kita simpulkan Montessori adalah metode terbaik
diantara keempat metode yang lahir di Eropa tersebut? Jawabannya terletak pada
keluarga masing-masing. Mana kah diantara keempat metode tersebut yang paling
mampu mengakomodasi kelebihan anak dan nilai yang dipegang oleh keluarga?
(Novita)
(Novita)
Daftar Pustaka
Carpenter, L. (2017). Difference
Between Froebel & Montessori. Diakses lewat http://classroom.synonym.com/difference-between-froebel-montessori-8650720.html
Child Discovery Center. What Is Regio Emilia Approach. Diakses lewat https://childdiscoverycenter.org/non-traditional-classroom/what-is-the-reggio-emilia-approach/
Spielgaben. (2017). Comparison among Froebel, Montessori, Reggio
Emilia and Waldorf-Steiner Methods-Part 1. Diakses lewat https://spielgaben.com/comparison-froebel-montessori-reggio-waldorf-part-1/
Apakah Metode Montessori Adalah yang Terbaik?
26/12/17
Saat ini metode Montessori
menarik minat banyak orang tua di Indonesia. Meningkatnya ketertarikan terhadap
Montessori tidak lepas dari bermunculannya komunitas yang peduli terhadap
pendidikan anak usia dini dan para ibu Montessorian yang juga merupakan public figure. Apa yang menarik dari
metode ini sehingga seolah menjadi trend di
kalangan orang tua?
Pada dasarnya Montessori
merupakan hal yang baru bagi kebanyakan orang tua, meski metode ini sudah lama
masuk ke Indonesia. Montessori menawarkan perspektif yang “menyegarkan” di
tengah munculnya rasa skeptis terhadap metode pengajaran yang ada di Indonesia.
Kegiatan belajar yang menyenangkan dan filosofi yang digunakan sebagai
pendekatan dalam mengajar adalah daya tarik utama.
Tetapi, apakah Montessori adalah metode
yang lebih baik atau bahkan terbaik dari metode lainnya? Jika kita ingin
menarik sebuah kesimpulan, maka kita harus melihat metode lain sebagai
perbandingan. Beberapa orang tua, tanpa menilik sejarah atau filosofinya,
menjadi “simpatisan” atau memilih Montessori untuk anak-anaknya. Apakah hal
tersebut salah? Sebenarnya tidak juga. Setiap metode pengajaran memiliki
kelebihan masing-masing. Jika anak menikmati proses belajar memakai metode
tersebut maka tidak menjadi masalah.
Untuk saat ini, mari kita coba
membandingkan metode Montessori dengan beberapa metode yang lahir di Eropa
seperti Froebel, Reggio Emilia, dan Waldorf-Steiner. Keempat metode tersebut
sebenarnya memiliki filosofi pendidikan yang hampir sama yaitu menekankan
proses pembelajaran lewat bermain dan self-discovery.
Lalu, apakah perbedaannya? Berikut penjelasan singkat dari keempat metode
tersebut.
Froebel
Friedrich Froebel berasal dari
Jerman dan beliau menyusun program yang menjadi dasar banyak kelompok bermain
(KB) saat ini. Froebel menekankan bahwa pendidik pertama adalah keluarga
sehingga harus ada ikatan erat antara keluarga di rumah dan sekolah.
- Area yang dikembangkan: sosial, akademik, emosi, fisik, dan spiritual
- Metode belajar: gerakan motorik, keterlibatan sosial, ekspresi diri, dan kreatifitas
- Kesiapan anak: setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda sehingga setiap anak diberikan kesempatan belajar sesuai kesiapan masing-masing
- Pandangan tentang bermain: bertujuan, harus terstruktur.
- Peran guru: sebagai pembimbing yang menuntun ke arah pemahaman
- Ruang kelas: dipersiapkan secara matang, termasuk alat dan bahan yang kemudian diwujudkan ke dalam Froebel Gifts (hadiah) dan Froebel Occupations (tugas). Di dalam ruang kelas juga murid di dorong untuk melakukan kegiatan yang melibatkan gerak motorik.
- Kritik: terlalu terstruktur dan terfokus pada gerakan motorik
Froebel Gift: Yarn (gambar dari sini)
Froebel Gift (gambar dari sini)
Contoh dari Froebel Occupation (gambar dari sini)
Overview dari Gift dan Occupation
(gambar dari sini)
Montessori
Maria Montessori mengembangkan
metode ini setelah menghadiri kelas pedagogi di Roma, Italia. Berikut
penjelasan singkat tentang Montessori.
- Area yang dikembangkan: fisik, sosial emosi, bahasa, keterampilan hidup (life skill), dan kognisi
- Metode belajar: kurikulum kosmik yang menekankan pentingnya pengetahuan dasar tentang suatu subjek pembelajaran. Pelajaran berfokus pada keterampilan hidup, sensori, dan bahasa.
- Kesiapan anak: terdapat masa sensitif atau kritis yaitu masa terbaik bagi anak untuk mempelajari keterampilan tertentu dan tidak bisa kembali lagi ke masa tersebut jika sudah terlewati.
- Pandangan tentang bermain: bertujuan, harus terstruktur.
- Peran guru: mengungkap potensi terbaik anak, bukan membentuk anak. guru juga harus mendorong anak untuk mandiri.
- Ruang kelas: kelas terdiri dari berbagai kelompok usia anak dan disiapkan agar menstimulasi indra dan proses belajar
- Kritik: terlalu mahal, anak yang lebih kecil tidak selalu mampu mengikuti ritme anak yang lebih besar, kesulitan untuk beradaptasi ke kelas dari sekolah umum
Contoh Pembelajaran Life-Skill
suatu keterampilan atau konsep diajarkan dalam satu rentang waktu
(gambar dari sini)
Didactic Apparatus
(gambar dari sini)
Didactic Apparatus
(gambar dari sini)
Reggio Emilia
Reggio Emilia
adalah warga Italia yang menyusun metode pengajaran berdasarkan saling
menghormati, tanggung jawab, dan komunitas.
- Area yang dikembangkan: kognitif, emosi, sosial (berbasis komunitas)
- Metode belajar: eksplorasi dan menemukan. Anak menemukan makna dari topik pembelajaran lewat proyek (tugas) jangka panjang yang melibatkan proses observasi, hipotesis, bertanya, dan klarifikasi. Anak juga didorong untuk mengekspresikan diri dengan cara masing-masing.
- Pandangan tentang bermain: bertujuan, harus terstruktur.
- Peran guru: peneliti, partner kerja, pencatat perkembangan anak, dan penasihat. Guru harus mengumpulkan dokumentasi perkembangan setiap anak.
- Ruang kelas: didesain sebagai “guru ketiga”. Aktivitas belajar disusun dalam bentuk pengalaman stimulasi untuk semua indera seperti meraba, melihat, mendengar, bergerak, berbicara, dan mendengarkan.
- Kritik: tidak ada susunan metode yang pasti dan juga tidak ada sertifikasi guru
Ruang Kelas Berkonsep Reggio Emilia
(gambar dari sini)
Setiap Meja untuk Mempelajari Konsep atau Keterampilan yang Berbeda
(gambar dari sini)
Guru adalah peneliti, partner kerja, observer, dan penasihat
(gambar dari sini)
Belajar Lewat Berkarya
(gambar dari sini)
Belajar Lewat Berkarya
(gambar dari sini)
Waldorf-Steiner
Rudolf Steiner adalah pengajar
berkebangsaan Jerman. Beliau menerapkan filosofi dan tahap perkembangan dari
Jean Piaget. Salah satu prinsip dari metode ini adalah meminimalisir paparan
teknologi dan televisi pada anak yang masih kecil agar dapat mendorong proses
berpikir imajinatif dan memperpanjang fokus perhatian.
- Area yang dikembangkan: kognitif, emosi, sosial, bahasa, fisik, dan keterampilan hidup (life skill)
- Metode belajar: kepala, tangan, dan hati merupakan fokus dari kegiatan belajar. Imajinasi adalah salah satu hal yang penting dikembangkan dengan mendongeng, berfantasi, seni, drama, dan prakarya.
- Pandangan tentang bermain: ada yang bertujuan (disusun) dan ada yang bermain bebas
- Ruang kelas: ditata secantik mungkin dan dipenuhi dengan bahan-bahan alami yang merangsang bermain secara bebas. Pendekatan multi-disiplin juga digunakan seperti seni untuk belajar matematika. Pelajaran keterampilan hidup mencakup
- Kritik: ketrampilan membaca diajarkan agak terlambat di usia 7-8 tahun dan para guru yang mengikuti pelatihan Wladorf-Steiner menerima materi tentang roh dan reinkarnasi yang tidak dapat relevan dengan semua orang tua.
Musik dan Berkarya Seni
(gambar dari sini)
Imajinasi Memiliki Peran Penting
(gambar dari sini)
Kegiatan Kelas Satu
(gambar dari sini)
Setiap metode masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagian orang tua memutuskan untuk memilih
salah metode secara total yang diwujudkan dengan memilih sekolah dan kegiatan
belajar di rumah yang menganut metode tersebut. Sebagian yang lain memiliki
beberapa prinsp atau kegiatan yang relevan dengan kondisi masing-masing.
Ada beberapa faktor yang perlu
untuk dipertimbangkan yaitu nilai yang dianut keluarga, kondisi, dan minat
anak. Orang tua dapat memilah metode mana yang sesuai dengan tujuan keluarga
dan nilai yang ingin diajarkan pada anak. di Indonesia sendiri, sekolah yang
menganut keempat metode tersebut jumlahnya terbatas. Sehingga tidak dapat
dijadikan pilihan secara luas. Tetapi mengenal keempat metode tersebut dapat
dikatakan merupakan hal positif bagi orang tua yang memilih homeschooling untuk anaknya, karena
dapat memperluas wawasan dan pilihan tentang berbagai metode belajar.
Setelah membaca penjelasan
singkat di atas, apakah dapat kita simpulkan Montessori adalah metode terbaik
diantara keempat metode yang lahir di Eropa tersebut? Jawabannya terletak pada
keluarga masing-masing. Mana kah diantara keempat metode tersebut yang paling
mampu mengakomodasi kelebihan anak dan nilai yang dipegang oleh keluarga?
(Novita)
(Novita)
Daftar Pustaka
Carpenter, L. (2017). Difference
Between Froebel & Montessori. Diakses lewat http://classroom.synonym.com/difference-between-froebel-montessori-8650720.html
Child Discovery Center. What Is Regio Emilia Approach. Diakses lewat https://childdiscoverycenter.org/non-traditional-classroom/what-is-the-reggio-emilia-approach/
Spielgaben. (2017). Comparison among Froebel, Montessori, Reggio
Emilia and Waldorf-Steiner Methods-Part 1. Diakses lewat https://spielgaben.com/comparison-froebel-montessori-reggio-waldorf-part-1/